Bidanrumahsakit- Pada kesempatan kali ini kita akn membahas tentang Bahaya Atonia Uteri Pada Ibu Nifas- Inilah Gejala dan Penanganannya. Simak berikut ini ya penjelasannya.
Saat ini kasus kematian ibu nifas
atau ibu yang melahirkan semakin meningkat padahal teknologi semakin canggih.
banyak pengetahuan ibu tentang perawatan pasca melahirkan kurang.
Padahal pada saat itu penting sekali
agar ibu sewaktu waktu pengetahui penangan apa saja yg harus dilakukan. kasus
kematian ibu pasca melahirkan paling banyak adalah perdarahan atau sering
disebut atonia uteri. menurut data dari survey demografi kesehatan indonesia
(SDKI) pada tahun 2007 kasus kematian ibu akibat atonia uteri mencapai 60-70 %.
Jika dirata rata sekitar 128.000
pertahun akibat perdarahan. mencengangkan bukan kasus kemtian ibu nifas hingga
mencapi rata rata yang sangat fantastik.
sebenarnya apa sich atoni uteri
itu sendiri? bagaimana gejalannya dan penanganannya? yuk kita simak
penjelasannya
Atonia uteri adalah keadaan
lemahnya kontraksi rahim (miometrium) yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup kembali perdarahan terbuka dari tempat implantasi atau penempelan
plasenta setelah bayi lahir. apabila kondisi ini terjadi maka perdarahan tidak
akan terkendalikan.
Banyak faktor yang menyebabkan uterus
meregang atau lebih dari normal pada saat hami yaitu jumlah air ketuban yang
berlebihan atau polihidramnion), kehamilan kembar atau gemeli, janin besar
(makrosimia).jika pada saat persalinan penyebabnya yaitu kala 1 dan kala 2
memanjang, partus resepitatus atau persalinan yang terlalu cepat, persalinan
dengan pacuan (oksitosin) , kejang.
Normalnya ibu bersalin itu pada saat plasetan terlepas
maka serabut serabut apada uterus menutup kembali sehingga perdarahan akan
berhenti dan fundus pada uteru akan terasa keras tetapi jika uterus terjadi
gangguan retraksi otot atau uterus tidak berkontraksi maka akan terjadi
perdarahan yang banyak
Tanda gejala atonia uteri untuk
menegakkan diagnosa setelah bayi lahir dan plasenta lahir ternyata perdarahan
masih aktif dan banyak gumpalan darah lebih dari 500 cc - 1000 cc kemudian pada
fundus uteri masih tinggi sepusat dan teraba lembek. disini kondisi ibu pucat
nadi cepat dan tensi darah turun drastis .
Penanganan apabila pasien
mengalami atonia uteri menurut WHO hal yang pertama harus dilakukan adalah
massase uterus agar berkontraksi atau keras dengan memutar searah jarum jam,
cek plasenta dan selaput plasenta lengkap atau tidak ,lakukan pemeriksaan tanda
-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, kesadaran, tonus otot
dan kontraksi uterus.
Berikan oksitosin 10 IU secara IV, kosongkan
kandung kemih agar tetap kosong. jika masih terjadi perdarahan maka lakukan
kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit dengan cara masukan tangan
kanan kedalam uterus lalu lakukan penekanan pada pembuluh darah dinding uterus
sedangkan tangan kiri melakukan penekan pada fundus kearah depan sehingga
tangan kanan dan kiri sama sama menekan untuk merasang miometrium berkontraksi.
lakukan pengecekan pada vagina dan serviks apakah ada perdarahan bekas laserasi
atau tidak. jika ibu mengalami syok maka lakukan transfusi darah dan apabila
ibu mengalami demam atau infeksi beri antibiotik .
Pada saat penangan tersebut tidak
berhasil maka melakukan usaha terakhir yaitu dengan melakukan histerektomi
supravaginal atau mengangkatan rahim untuk mencegah perdarahan hebat. (Penulis : Bidan Intan lativasari, Amd. Keb)

0 Response to " Bahaya Atonia Uteri Pada Ibu Nifas - Inilah Gejala dan Penanganannya"
Posting Komentar